A.
Pandangan terhadap UN
Suatu proses pembelajaran tidak lengkap jika tidak
disertai dengan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan indikator keberhasilan
terhadap pembelajaran terhadap pengajar dan peserta didiknya. Hal ini berlaku
pada suatu kelas pembelajaran, tingkat sekolah, tingkat kabupaten/kota sampai
tingkat nasional. Hasilnya menggambarkan tingkatan yg diwakilinya. Saat
ini evaluasi yg dilakukan secara nasional untuk melihat ketercapaian pendidikan
nasional adalah Ujian Nasional (UN) dalam bentuk tes objektive. Saat ini
pelaksanaannya pro kontra apalagi UN dijadikan sebagai penentu kelulusan. Sy
tdk bermaksud ikut berpolemik apakah UN itu diperlukan atau tidak, sepanjang
belum ada konsep yang lebih matang untuk memantau pencapaian pendidikan secara
nasional selain UN, maka UN itulah yg terbaik.
B.
Antara Waktu Pelaksanaan & Soal UN
Sebagian orang terjebak dengan istilah UN yang selalu
didentikkan dengan satu satuan waktu yg sama, atau serentak dilakukan
diseluruh Indonesia. Menurut saya tidak perlu sekaku itu, menurut pandangan
saya salah satu alasan mengapapa ujian itu dilaksanan serentak karena
dikuatirkan terjadi kebocoran soal di daerah tertentu yg dapat menyebar ke
daerah lain, sehingga ujian itu tdk objektif lagi. Masalah itu bisa diatasi
dengan menyediakan jumlah paket soal yang banyak dan benar-benar berbeda, bukan
hanya posisi nomor soalnya yg diacak, padahal redaksi soalnya sama. Tentu hal
ini menjadi tantangan besar untuk menyediakan soal bervariasi dengan jumlah
banyak tetapi setara.
C.
Distribusi Soal UN
Distribusi
soal yg dilakukan secara fisik dari pusat ke daerah merupakan salah satu
kendala besar yang dihadapi dan perlu biaya transportasi dan pengawalan yg luar
biasa besar. Hal ini sesungguhnya dapat diperpendek metode distribusinya dengan
cara memanfaatkan teknologi informasi baik pendistribusian secara fisik maupun
distribusi secara digital.
D.
Koreksi Lembar Jawaban UN
Setelah
pelaksanaan UN selesai beberapa hari yang akan datang kesulitan berikutnya akan
bergeser pada pengoreksian lembar jawaban (LJ) UN. Kesulitan muncul disebabkan
antara lain kualitas LJ yg baik baik sehingga sulit terbaca (apalagi ada yg
difotokopi), cara pengisian yang kurang sempurna. Dua-duanya memberikan dapat
memberikan efek hasil ujian tidak dapat terbaca, sehingga panitia harus bekerja
2 kali harus “menghitamkan” ulang atau sekalian membiarkan seperti itu. Selain
dua masalah tersebut waktu yg dibutuhkan untuk mengeroksi lembar jawaban
tersebut juga lumayan lama.
Berdasarkan
uraian diatas dan pengalaman kami bersama teman2 mengembangkan sistem ujian
online dari tahun 2005 sampai saat ini, kami berkesimpulan bahwa sesungguhnya
UN dapat dilaksanakan dengan model sistem online. Model sistem online yg
maksudkan adalah, Sistem Bank Soal online dan Sistem Ujian Online.
A.
Sistem Bank Soal
Berfungsi
untuk menampung soal, melakukan pengacakan, melakukan pemaketan, melakakuan
analisi butir soal dari setiap mata pelajaran yg diujikan. Sistem bank soal ini
mengakomodir secara detail level yang akan dicapai mulai kompetensi utama,
kompetensi inti, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator
esensial dan level taksonomi yg akan dicapai. Sistem ini dapat menyediakan soal
ujian dalam bentuk digital untuk keperluan ujian online dan juga dapat
menyediakan soal versi cetak untuk keperluan ujian versi manual. Krn berada
dalam suatu sistem maka soal ini dapat distribusikan secara ‘digital’ sesuai
dengan kebutuhan.
Sebagai
gambaran singkat bagaimana bank soal menyediakan variasi soal ujian, jika
setiap mata pelajaran menyediakan 1000 butir dan 100 butih dipilih untuk
diujikan, setiap butir soal menyediakan 5 pilihan jawaban. Maka variasi soal yg
kemungkinan muncul adalah 1000 x 100 x 5 = 500.000 variasi, saya yakin ‘pelaku
kecurangan’ akan keculitan membuat kunci jawaban generik seperti pada umumnya.
Kalaupun bisa harus mengulas/membuat kunci jawaban 1000 butir soal tersebut.
B.
Sistem Ujian Online
Begitu berbicara sistem ujian online, maka yang ada
dikepala sebagian orang adalah ‘kebebasan yg seluas-luasnya’. Padahal
sesungguhnya tidak seperti itu, ujian online ada aturannya, ada harus ruangan
ujiannya, ada pengawasnya, aplikasi ujiannya harus dibuat khusus sehingga
membatasi kemungkinan orang berbuat curang. Sistem ujian online yg kami
kembangkan itu independen (aplikasi & sistem operasinya jadi suatu
kesatuan), begitu aplikasi ujian online dijalankan jangan membayangkan bisa
buka google, bisa chating/facebookan, atau membuka flasdik. Yang Anda bisa
lihat hanya soal ujian dilayar monitor,kecuali anda membuka buku atau gadget
lain, hal itu sdh menjadi tugas dan tanggungjawab pengawas ujian.
Setelah
itu orang berpikir ujian oline perlu jaringan bandwidth internet “raksasa”, sebenarnya bandwitdh
bukan lagi menjadi masalah besar, karena teknologi sdh berkembang dengan
mamanfaatkan sistem terdistribusi, ataupun sistem cloud computing. Ini sdh kami
buktikan pada UKG Online 2012 kemarin, bandwitdh yang disiapkan 20Mbps yg
terpakai hanya 11% saja.
Ujian
Online Perlu lab komputer yg canggih : sebenarnya tdk
juga, syarat utamannya adalah PC yg dapat terkoneksi jaringan internet. Hal ini
sdh kami buktikan bahwa aplikasi yg bangun 90% bisa digunakan pada PC yang ada
disekolah-sekolah saat ini tanpa harus ada pengadaan perangkat baru.
Ujian Online perlu listrik dan jaringan
internet : ya wajib ada dong,
kalau saat ini belum semua wilayah RI ada aliran listrik dan jaringan internet,
kita bisa berharap kawan kalau sistem ujian online diterapkan pemerintah
(PLN dan Telkom) memberikan perhatian khusus. Kalau memang tidak ada pasti tdk
bisa dipaksakan, solusinya dengan cara ujian manual dengan soal dari sistem
bank soal online.
Ujian Online semakin gampang soal bocor: segampang-gampangnya
membocorkan soal ujian online jauh lebih gampang membocorkan soal yg tercetak
dikertas. Sehandal apapun sistem itu pasti ada celahnya, kemampuan untuk
mendapatkan celah itu tdk sebanyak celah yg ada pada sistem manual. Kami
menyakini bahwan setiap peluang yg ada sdh menjadi kodrati akan lahir bersama
masalahnya. Setiap masalah pasti ada solusinya.
Biaya
Ujian Online Mahal:
Memang betul mahal biaya investasi lab komputernya, tetapi keuntungan dapat
digunakan berulangkali bahkan dapat memberikan manfaat yg lebih besar pada
kegiatan pembelajaran sehari-hari. Jika kita menghitung secara biaya ujian yang
diselenggarakan secara manual, mulai cetak soal, distribusi, pengawalan soal
dari pihak keamanan, biaya mengoreksi hasil ujian. Waktu yang dibutuhkan jauh
lebih lama. Sehingga dibandingkan ujian manual jauh lebih mahal dari pada ujian
online.
Ujian Online Sulit karena tdk semua orang
bisa mengoperasikan komputer : Mengoperasikan
komputer buat sebagian besar orang mungking memang sulit, tetapi untuk
sekedar menekan huruf A, B, C, D spasi dan beberapa tombol keyboard lainnya
bukanlah hal sulit. Sistem ujian yang kami bangun sdh dirancang untuk orang
gaptek sekalipun. Jauh lebih sulit dan beresiko memberikan/mengganti jawaban
ujian manual dan ujian online.
Ujian online perlu SDM yang handal dibidang
IT : kalau ini sy setuju 100%,
sesungguhnya dunia pendidikan kita masih sangat memerlukan keberadaan orang IT
dengan pola pikir IT. Pola pikir IT sederhana yaitu Ya (1) atau Tidak (0). Oleh
karena itu sy harus jujur mengatakan belum saatnya matapelajaran TIK
dihilangkan dikurikulum, karena siswa dan guru masih sangat membutuhkan
matapelajaran TIK.
Kesimpulan
Dari berbagai urian dan penjelasan di
atas kiranya dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ujian Nasional harus lebih dikaji lagi dari
tiap tahun ke tahun serta
dari kajian tersebut pemerintah harus selalu memperbaiki mutu ujian nasional
lebih baik.
2. Persiapan Ujian Nasional harus betul-betul
dipersiapkan secara sistematis dan terkontrol.Agar pendistribusian
Soal,kekurangan Soal serta LJUN yang kurang tidak terjadi lagi.
3. Distribusi soal yg dilakukan secara fisik
dari pusat ke daerah merupakan salah satu kendala besar yang dihadapi dan perlu
biaya transportasi dan pengawalan yg luar biasa besar. Hal ini sesungguhnya
dapat diperpendek metode distribusinya dengan cara memanfaatkan teknologi
informasi baik pendistribusian secara fisik maupun distribusi secara
digital.Atau Pihak Pemerintah mempercayaan provinsi untuk mencetak soal-soal
tersebut dengan memberikan dokumen asli ke pada provinsi dan provinsi yang
mengelola pendistribusian Soal dan LJUN tersebut.sehingga masing-masing
provinsi lebih meningkatkan efesiensinya untuk kelancaran ujian nasional
disekolah-sekolah diprovinsi mereka masing-masing.
Saran
Jadikan
hal ini sebagai pengalaman kedepan dan pemerintah lebih meningkatkan kinerjanya
dalam penyelenggaraan Ujin Nasional lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar