Pemanfaatan
dan Penerapan
Teknologi
Tepat Guna
(TTG) di Kelurahan
Gentong
Gadingrejo
Kota Pasuruan
A. Pembuatan Spray boot
qPembuatan Spray boot
Spray boot adalah alat yang digunakan untuk menyerap asap spray pengecatan kayu sehingga mengurangi polusi udara yang ditimbulkan.
Alat dan Bahan
a. Plat 2.20 m
|
b. Siku 5 cm tebal : 3mm
|
c. Water mur 1 dim
|
d. Selotip
|
e. Lem PVC
|
f. Dinamo
|
g. PVC 1 dim
|
B. Menggosok Kayu/Mebel
Proses
penggosokan
kayu
membutuhkan
tingkat
ketelitian
tinggi.
Banyak
para
pengrajin
mebel
yang tidak
menyadari
hal ini, karena
kualitas
mebel
yang baik
salah
satunya
dilihat
dari
tingkat
kehalusan
pembuatannya.
Alat dan Bahan
a. Pilo
|
b. Puli
|
c. Fanbelt
|
d. Kertas Gosok
|
e. Triplek
|
f. Pipa 5 dim, 50 cm
|
g. As 80 cm
|
h. Dinamo
|
j. Kayu untuk Meja
|
WARTEK
”BAKTI KARYA”
JL SLAMET RIYADI NO.08 Telp. (0343) 428185
KELURAHAN
GENTONG KECAMATAN GADINGREJO
KOTA
PASURUAN
Kontak
Person: ANSHORI
HP . 081331421895
Rp 800 Juta Untuk Bantuan Pengembangan
Komoditas
Unggulan
Kota Pasuruan mendapatkan bantuan
anggaran sebesar Rp 800 juta untuk mengembangkan beberapa sektor unggulan dan
sosial budaya yang ada di dalamnya. Bantuan yang disebut sebagai pengembangan
kota strategis terpadu tersebut rencananya akan diberikan di tahun ini oleh
pemerintah pusat.
Adapun komoditas unggulan yang menjadi
usulan Kota Pasuruan untuk dikembangkan di tahun lalu, antara lain industri cor
logam dan bandeng asap yang terletak di Kelurahan Panggungrejo. Lalu, masjid
jami’ al-anwar dan sekitar makan para kiai, di pusat kota.
Kepala badan perencanaan pembangunan
daerah (Bappeda) Kota Pasuruan Juni Eko Suroyo mengatakan pemerintah pusat di
tahun lalu memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengusulkan beberapa
komoditas unggulan dan sosial budaya, dalam rangka pelaksanaan program kota
strategis terpadu.
“Iya, di tahun lalu kami usulkan
beberapa komoditas dan sosial budaya yang dimiliki oleh Kota Pasuruan. Tak
disangka ternyata usulan kami diterima dalam program kota strategis terpadu
tersebut”
Selanjutnya, Eko menjelaskan jika
kemudian pemerintah pusat berencana akan memberikan bantuan sebesar Rp 800 juta
untuk mengakomodasi program tersebut.
“Bantuan tersebut sebesar Rp 800 juta,
tetapi yang menjalankan proyeknya di sini ya pemerintah pusat bukan pemkot.
Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan komoditas unggulan yakni pengerajin
cor logam dan bandeng asap. Lalu untuk sosial budaya kami pilih masjid jami’
dan makam para kiai di sekitarnya” terangnya.
Mantan kepala dinas pekerjaan umum
tersebut menambahkan bahwa pelaksana proyek tersebut adalah satuan non vertikal
tertentu (SNVT) pemerintah pusat yang turun ke daerah-daerah yang memiliki
potensi untuk dikembangkan.
Saat ini, Bappeda tengah fokus
menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebelum pemerintah pusat memulai
pengerjaan program tersebut. Bentuk pengembangan dalam program tersebut
dijelaskan oleh Eko semisal perbaikan akses jalan menuju perajin cor logam atau
pendirian sarana prasarana yang dibutuhkan oleh mereka.
Eko mengatakan, sebelum mendapatkan dana
tersebut, pemerintah pusat meminta beberapa dokumen untuk disiapkan, “Jadi kami
harus siapkan dokumen, seperti harus sudah punya perda RTRW, dan dokumen
pembangunan daerah jangka panjang dan menengah, dan lain-lain”
Nantinya, bantuan tersebut dalam bentuk
pembangunan sarana prasarana atau akses jalan, itu untuk komoditas unggulan
logam dan bandeng asap. Sedangkan, untuk masjid jami’, misalnya seperti parkir
kendaraan pengunjung atau fasilitas yang mendukung lainnya.
Selain itu, pemerintah Kota Pasuruan
juga tengah menyiapkan diri untuk membantu pelaksanaan program tersebut.
“Jadi nanti kami akan menanti apa yang
bisa dibantu oleh pemerintah daerah, karena bagaimanapun proyek tersebut akan
disesuaikan oleh kewenangan masing-masing” ujarnya. (*)
SURABAYA , KOMPAS.com - Selain memberikan
kemudahan usaha bagi industri-industri skala besar, rancangan undang-undang
Kawasan Ekonomi Khusus juga harus berpihak pada industri kecil. Dengan
demikian, semua usaha memiliki peluang ekspor dan muncul
kecemburuan-kecemburuan sosial.
Demikian gagasan yang mengemuka dalam pembahasan rancangan undang-undang kawasan ekonomi khusus (RUU KEK) antara Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan anggota Pansus RUU KEK di Ruang Kertanegara, Gedung Gubernur Jawa Timur,Surabaya ,
Kamis (28/5).
Dalam pertemuan tersebut, Soekarwo mengusulkan agar industri kecil dimasukkan dalam ranah RUU KEK. "Jangan hanya industri-industri besar saja yang dimasukkan. Ini bisa menimbulkan kec emburuan bagi industri kecil. Lho kok hanya industri-industri besar yang diberi kemudahan," tutur Soekarwo.
Pada prinsipnya, RUU KEK adalah memberikan kemudahan berupa subsidi atau insentif pada siapa saja yang berinvestasi. Diharapkan, melalui langkah tersebut produk-produk dalam negeri menjadi kompetitif dengan produk luar negeri.
Menurut Soekarwo, RUU KEK juga harus mengakomodasi penyediaan barang industri dalam negeri, khususnya kebutuhan antar pulau. Jika fokus industri sekedar pada ekspor, maka dikhawatirkan kebutuhan dalam negeri tak terpenuhi dan harga barang dalam negeri mahal.
Beberapa wilayah di Jawa Timur telah dikelola dengan konsep KEK, seperti kawasan SIER, PIER, Maspion Manyar, dan Tanjungsari. Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sedang mengembangkan beberapa titik potensi KEK, seperti daerah segitiga emas Tuban, Bojonegoro, dan lamongan, serta kawasan pengembangan Madura setelah Jembatan Suramadu diresmikan.
Anggota Pansus RUU KEK DPR Tjahjo Kumolo menyambut baik masukan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Menurutnya, konsep pemerataan usaha sudah terncantum dalam RUU KEK. Namun pansus akan mengkaji ulang RUU KEK agar payung hukum tersebut memiliki keberpihakan yang lebih jelas pada industri kecil.
Perbaikan infrastruktur
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengungkapkan, perkembangan industri diIndonesia mengalami kendala,
khususnya pada buruknya sarana infrastruktur, seperti jalan, kereta api, hingga
pelabuhan. Karena itu, sektor industri hanya akan berkembang pesat jika pe
merintah baik daerah maupun pusat serius memerhatikan dan menyediakan sarana
infrastruktur yang baik.
Selain karena buruknya infrastruktur, nilai produksi industri secara umum diIndonesia
turun karena efek krisis keuangan global. Krisis finansial global menyebabkan
penurunan nilai produksi sebesar 30 persen.
Situasi ini dihadapi negara-negara lain juga. "Namun pembangunan harus tetap jalan dengan usaha perbaikan kita secara internal," ucapnya.
Weny Findiastuti Tertarik Pikirkan
Industri Kecil Madura
RUU KEK Harus Harus Akomodasi Industri
Kecil

Jumat, 29 Mei 2009 | 03:45 WIB
Demikian gagasan yang mengemuka dalam pembahasan rancangan undang-undang kawasan ekonomi khusus (RUU KEK) antara Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan anggota Pansus RUU KEK di Ruang Kertanegara, Gedung Gubernur Jawa Timur,
Dalam pertemuan tersebut, Soekarwo mengusulkan agar industri kecil dimasukkan dalam ranah RUU KEK. "Jangan hanya industri-industri besar saja yang dimasukkan. Ini bisa menimbulkan kec emburuan bagi industri kecil. Lho kok hanya industri-industri besar yang diberi kemudahan," tutur Soekarwo.
Pada prinsipnya, RUU KEK adalah memberikan kemudahan berupa subsidi atau insentif pada siapa saja yang berinvestasi. Diharapkan, melalui langkah tersebut produk-produk dalam negeri menjadi kompetitif dengan produk luar negeri.
Menurut Soekarwo, RUU KEK juga harus mengakomodasi penyediaan barang industri dalam negeri, khususnya kebutuhan antar pulau. Jika fokus industri sekedar pada ekspor, maka dikhawatirkan kebutuhan dalam negeri tak terpenuhi dan harga barang dalam negeri mahal.
Beberapa wilayah di Jawa Timur telah dikelola dengan konsep KEK, seperti kawasan SIER, PIER, Maspion Manyar, dan Tanjungsari. Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sedang mengembangkan beberapa titik potensi KEK, seperti daerah segitiga emas Tuban, Bojonegoro, dan lamongan, serta kawasan pengembangan Madura setelah Jembatan Suramadu diresmikan.
Anggota Pansus RUU KEK DPR Tjahjo Kumolo menyambut baik masukan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Menurutnya, konsep pemerataan usaha sudah terncantum dalam RUU KEK. Namun pansus akan mengkaji ulang RUU KEK agar payung hukum tersebut memiliki keberpihakan yang lebih jelas pada industri kecil.
Perbaikan infrastruktur
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengungkapkan, perkembangan industri di
Selain karena buruknya infrastruktur, nilai produksi industri secara umum di
Situasi ini dihadapi negara-negara lain juga. "Namun pembangunan harus tetap jalan dengan usaha perbaikan kita secara internal," ucapnya.
Weny Findiastuti Tertarik Pikirkan
Industri Kecil Madura
15 Maret 2005 12:45:09
Meski bukan keturunan Madura, mahasiswi yang satu ini boleh
dibilang sudah tergila-gila dengan Madura. Betapa tidak, kecintaannya itu
dibuktikannya lewat pengambilan judul tesis yang berkait dengan persoalan di
Madura saat ini.
Rektorat ITS - Weny Findiastuti nama mahasiswi ini. Ia begitu terpanggil untuk
mengembangkan potensi yang ada Madura, terutama yang terkait dengan industri
kecil. Atas dasar itulah maka ia mengambil tesis berjudul: "Penentuan
Prioritas Pengembangan Industri Kecil Menengah di Kab. Bangkalan dengan
Pendekatan Analytic Newtork Process".
"Saya memang benar-benar tertarik untuk memikirkan potensi industri kecil di Bangkalan. Ini terkait dengan akan segera diraelisasikannya Jembatan Suramadu dalam waktu dekat. Keberadaan Suramadu itu harus bisa dirasakan oleh masyarakat Bangkalan, dan salah satu alternatifnya adalah bagaimana industri kecil disana
bisa hidup," katanya.
Melalui pijakan ilmiah berupa tesis inilah Weny mewujudkan sumbangan pemikirannya tentang industri kecil apa yang ke depan dapat berkembang dengan baik di bangkalan. "Saya mencoba melihat berbagai potensi kecil yang ada di Bangkalan, dari sekitar 9 jenis industri kecil yang ada, saya melihat industri kecil batik dan pembuatan jamu, potensial untuk dikembangkan," katanya.
Analisanya pun tak tanggung-tanggung, ada 18 item yang digunakan untuk menganalisa kenapa industri batik dan jamu yang potensial untuk dikembangkan di Bangkalan. "Analisa ini memang bukan sembarangan, saya mencoba mengambil kesimpulan dengan menggunakan analisis proses network, dimana proses pemilihan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan, namun dengan memperhatikan pula ketergantungan atau dependensi antar krtieria itu sendiri. Kedelapan belas kriteria itu diantaranya menyangkut akses informasi, keuangan, pemasaran, produksi, serta sumber daya manusia," katanya.
Dikatakan alumni Teknik Industri ITS tahun 2002 yang sebelumnya pernah bekerja di Batam ini, berkait dengan masih kurangnya orang-orang yang mencoba memikirkan persoalan industri kecil di Madura. "Kini sebagian orang memang telah mencoba memikirkan industralisasi di Madura setelah nanti Jembatan Suramadu terealisasi, tapi itu sebagian besar bicara soal industri-industri besar yang mendatangkan juga modal besar. Bagaimana dengan potensi industri kecilnya, belum ada yang mencoba mencarikan jalan keluar. Saya berharap melalui tesis saya ini akan memberikan jalan keluar pengembangan industri kecil disana ," katanya.
Alasan lain kenapa Weny berusaha mencarikan jalan keluar untuk industri kecil di Madura, itu karena ia kini tercatat sebagai dosen di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Bangkalan. "Kenapa saya harus mengambil persoalan yang jauh-jauh, akan lebih baik dan bermanfaat kalau saya mencoba memperhatikan lingkungan dimana saya bekerja," kata Weny yang mengambil program S2-nya dengan biaya sendiri.
Salah satu bagian kesimpulan yang direkomendasikan Weny, yang berhasil meraih nilai A dari tesisnya yang diujikan Senin (2/8) siang itu, berkait dengan bahan baku dari industri batik Madura. "Persoalan bahan baku menjadi penting mengingat selama ini para pengrajin batik mendapatkannya dari luar Madura. Ke depan akan lebih ideal lagi jika kebutuhan bahan baku itu bisa dipenuhi dari Madura sendiri. Persoalannya, jika orientasi industrialisasi di Madura mengarah ke clean industry, maka sudah dapat dipastikan sulit diperoleh di Madura. Tapi jika memang Jembatan Suramadu sudah teralisir persoalan itu tidak lagi menjadi kendala," katanya.
Menurutnya, dari hasil survei yang dilakukan berkait dengan penyusunan tesis itu, para pengrajin batik di Bangkalan, yang tersebar di lima wilayah, masing-masing Tanjung Bumi, Modung, Blegah, Socah dan Kokop, sudah mempunyai akses pasar yang baik. "Bukan hanya itu sector perbankan pun sudah yang siap untuk membiayai
MATERI KIM GENTONG MAS
"Saya memang benar-benar tertarik untuk memikirkan potensi industri kecil di Bangkalan. Ini terkait dengan akan segera diraelisasikannya Jembatan Suramadu dalam waktu dekat. Keberadaan Suramadu itu harus bisa dirasakan oleh masyarakat Bangkalan, dan salah satu alternatifnya adalah bagaimana industri kecil di
Melalui pijakan ilmiah berupa tesis inilah Weny mewujudkan sumbangan pemikirannya tentang industri kecil apa yang ke depan dapat berkembang dengan baik di bangkalan. "Saya mencoba melihat berbagai potensi kecil yang ada di Bangkalan, dari sekitar 9 jenis industri kecil yang ada, saya melihat industri kecil batik dan pembuatan jamu, potensial untuk dikembangkan," katanya.
Analisanya pun tak tanggung-tanggung, ada 18 item yang digunakan untuk menganalisa kenapa industri batik dan jamu yang potensial untuk dikembangkan di Bangkalan. "Analisa ini memang bukan sembarangan, saya mencoba mengambil kesimpulan dengan menggunakan analisis proses network, dimana proses pemilihan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan, namun dengan memperhatikan pula ketergantungan atau dependensi antar krtieria itu sendiri. Kedelapan belas kriteria itu diantaranya menyangkut akses informasi, keuangan, pemasaran, produksi, serta sumber daya manusia," katanya.
Dikatakan alumni Teknik Industri ITS tahun 2002 yang sebelumnya pernah bekerja di Batam ini, berkait dengan masih kurangnya orang-orang yang mencoba memikirkan persoalan industri kecil di Madura. "Kini sebagian orang memang telah mencoba memikirkan industralisasi di Madura setelah nanti Jembatan Suramadu terealisasi, tapi itu sebagian besar bicara soal industri-industri besar yang mendatangkan juga modal besar. Bagaimana dengan potensi industri kecilnya, belum ada yang mencoba mencarikan jalan keluar. Saya berharap melalui tesis saya ini akan memberikan jalan keluar pengembangan industri kecil di
Alasan lain kenapa Weny berusaha mencarikan jalan keluar untuk industri kecil di Madura, itu karena ia kini tercatat sebagai dosen di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Bangkalan. "Kenapa saya harus mengambil persoalan yang jauh-jauh, akan lebih baik dan bermanfaat kalau saya mencoba memperhatikan lingkungan dimana saya bekerja," kata Weny yang mengambil program S2-nya dengan biaya sendiri.
Salah satu bagian kesimpulan yang direkomendasikan Weny, yang berhasil meraih nilai A dari tesisnya yang diujikan Senin (2/8) siang itu, berkait dengan bahan baku dari industri batik Madura. "Persoalan bahan baku menjadi penting mengingat selama ini para pengrajin batik mendapatkannya dari luar Madura. Ke depan akan lebih ideal lagi jika kebutuhan bahan baku itu bisa dipenuhi dari Madura sendiri. Persoalannya, jika orientasi industrialisasi di Madura mengarah ke clean industry, maka sudah dapat dipastikan sulit diperoleh di Madura. Tapi jika memang Jembatan Suramadu sudah teralisir persoalan itu tidak lagi menjadi kendala," katanya.
Menurutnya, dari hasil survei yang dilakukan berkait dengan penyusunan tesis itu, para pengrajin batik di Bangkalan, yang tersebar di lima wilayah, masing-masing Tanjung Bumi, Modung, Blegah, Socah dan Kokop, sudah mempunyai akses pasar yang baik. "Bukan hanya itu sector perbankan pun sudah yang siap untuk membiayai
MATERI KIM GENTONG MAS
Rekonstruksi KIM
&
Peluang Berperan di Era
KIP
0 komentar:
Posting Komentar