Pendidikan
Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearifan Alam
Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada
tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) mengisyaratkan pentingnya kreativitas dalam mengembangkan pembelajaran.
Alam adalah sumber belajar yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi,
dikembangkan dan dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi siswa
didik. Alam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai,
tentang kebaikan dan keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya
sendiri.
Perkembangan teknologi informasi yang makin
pesat telah menggeser pola perilaku anak yang lebih banyak dipengaruhi
oleh media elektronik dibanding berelasi dengan alam lingkungannya. Magnet
televisi, game komputer, bermain-main dengan handphone adalah keprihatinan
mendalam yang terjadi pada anak-anak. Tanpa disadari, telah begitu banyak yang
terlewati oleh anak dari kearipan alam dan lingkungan yang menjadi ruang hidup
mereka. Tulisan ini merupakan catatan kecil tentang bagaimana kreativitas
pembelajaran dan menumbuh kembangkan suasana belajar yang menyenangkan bagi
anak dengan alam sebagai media dan sumber belajarnya.
Mengenalkan
alam dan lingkungan, mengajarkan apa yang ada di dalamnya, mendidik siswa untuk
mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab
terhadap alam dan lingkungannya merupakan proses yang harus ditempuh secara
bertahap dalam PLH. Strategi dan metode pembelajarannya sangat tergantung
pada kebutuhan siswa dan karakeristik alam dan lingkungan dimana sekolah
berada.
Secara formal, pendidikan lingkungan menjadi salah satu alternative
yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Hal
ini ditegaskan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) tahun 1996 yang kemudian direvisi pada bulan Juni 2005. Penandatanganan
MOU tersebut harus dihargai sebagai usaha untuk mengupayakan bagaimana
kecintaan terhadap lingkungan dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan bagi
siswa didik sejak usia dini pada pendidikan formal. Karena bagaimanapun,
usaha sadar yang lebih terstruktur dan tersistem dalam suatu aturan formal
dapat menjadi kekuatan bersama untuk mencapai tujuan pendidikan lingkungan
selama pada tarap implementasinya dilakukan secara holistik dan
berkesinambungan.
Alam dan Lingkungan Sebagai Media
Belajar
Pendidikan lingkungan hidup yang
diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan pentingnya kreativitas dalam
mengembangkan pembelajaran. Alam adalah sumber belajar yang tidak akan pernah
habis untuk dieksplorasi, dikembangkan dan dijadikan media pembelajaran yang
menarik bagi siswa didik.
Alam
mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan
dan keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Perkembangan
teknologi informasi yang makin pesat telah menggeser pola perilaku anak yang
lebih banyak dipengaruhi oleh media elektronik dibanding berelasi dengan
alam lingkungannya. Magnet televisi, game komputer, bermain-main dengan
handphone adalah keprihatinan mendalam yang terjadi pada anak-anak. Tanpa
disadari, telah begitu banyak yang terlewati oleh anak dari kearipan alam dan
lingkungan yang menjadi ruang hidup mereka.
Mengenalkan
alam dan lingkungan, mengajarkan apa yang ada di dalamnya, mendidik siswa untuk
mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang
bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungannya merupakan proses yang
harus ditempuh secara bertahap dalam PLH. Strategi dan metode pembelajarannya
sangat tergantung pada kebutuhan siswa dan karakeristik alam dan lingkungan
dimana sekolah berada.
BANK
SAMPAH TERINTEGRASI BERBASIS EDUKASI
Mari Menabung di Bank Sampah.
MOTTO
MENABUNG UANG DENGAN SAMPAH, PINJAM
UANG, NYICIL SAMPAH, BELI SEMBAKO, BAYAR SAMPAH, DAN BISA BAYAR LISTRIK
DENGAN SAMPAH
Program
Penyadaran Masyarakat, sudah mengelola sampah dari Sumbernya .Sampah yang
identik dengan anggapan negatif, Didirikannya Bank Sampah adalah
bagaimana membalikan sampah yang identik dengan image negatif menjadi image
positif. Sampah yang selalu kita kenal adalah benda yang kotor, berpotensi
membawa penyakit atau virus, tempat bersarang nyamuk, dan hal buruk lain. serta
sampah juga menjadi barang yang harus ditekan produksinya.
Hal lainnya juga adalah sampah yang tidak
ramah lingkungan harus ditekan dengan re-use, re-cycle, re-duce yang telah kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, salah satunya dengan mengolah sampah rumah tangga. Dengan mengolah
sampah rumah tangga dari lingkungan terkecil yaitu keluarga maka akan dapat
mengantisipasi timbulnya penyakit atau virus yang berbasis lingkungan.
perubahan
cara kita memandang dan memperlakukan sampah. Sudah saatnya kita memandang
sampah punya nilai guna dan manfaat sehingga tidak layak dibuang percuma
Tentunya akan sangat berbeda begitu Masyarakat mendengar akan Bank Sampah. Tentu hal ini akan membuat persepsi tentang sampah akan berbeda .Sistem pengelolaan sampah dengan Tabungan sampah di bank sampah.
Tentunya akan sangat berbeda begitu Masyarakat mendengar akan Bank Sampah. Tentu hal ini akan membuat persepsi tentang sampah akan berbeda .Sistem pengelolaan sampah dengan Tabungan sampah di bank sampah.
Dengan
sistem ini, masyarakat akan mendapatkan banyak keuntungan. Antara lain, cakupan
layanan yang sangat luas bahkan kita dapat mengatur seberapa luas wilayah
pelayanannya..Hal lain yang membedakan sistem ini dengan sistem lainnya adalah
adanya mekanisme pengelolaan sampah dengan menabung. Menabung di Bank
Sampah dengan menyetor Sampah merupakan salah satu upaya merubah Pola pikir .
mindset Masyarakat tentang Sampah, Sampah menjadi mempunyai nilai ekonomis.
Kampanye Slogan di Bank Sampah :
1. Tabungan Sampah untuk Bayar Listrik
2. Tabungan sampah untuk Bayar Pulsa
3. Tabungan Sampah untukBayar PDAM
4. Tabungan Sampah Untuk Biaya Sekolah Anak
1. Tabungan Sampah untuk Bayar Listrik
2. Tabungan sampah untuk Bayar Pulsa
3. Tabungan Sampah untukBayar PDAM
4. Tabungan Sampah Untuk Biaya Sekolah Anak
Menabung di Bank Sampah Tak hanya
itu, dampak bagi kesehatan dan dampak terhadap sosial ekonomi dapat kita
rasakan terlebih lagi manfaat terhadap pendidikan. Dari sini dapat dilihat
bahwa sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah memiliki manfaat
yang lebih banyak dibandingkan sistem pengelolaan sampah yang konvensional.
Sistem pengelolaan sampah di bank sampah sesuai dengan peraturan Undang-Undang no 18 Tahun 2008, bahwa dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenisnya dengan cara pengurangan sampah, dan penanganan sampah, sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah, menekankan juga pentingnya menggerakan masyarakat agar tahu dan mau berpartisipasi secara aktif dalam mengelola sampah rumah tangga. Dalam sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah ini, diperlukan partisipasi masyarakat. Dengan memberdayakan masyarakat maka sistem pengelolaan ini dapat berdiri secara mandiri tanpa bergantung kepada bantuan luar, serta kemandirian masyarakat dapat terwujud. Selain memberdayakan masyarakat, dalam upaya mewujudkan sistem pengelolaan sampah diperlukan juga upaya memberdayakan keluarga.
Konsep dasar Bank Sampah: melakukan 5M, yaitu:
1. Mengurangi sampah,
2. Memilah sampah,
3. Memanfaatkan sampah,
4. Mendaurulang sampah, dan
5. Menabung sampah.
Sistem pengelolaan sampah di bank sampah sesuai dengan peraturan Undang-Undang no 18 Tahun 2008, bahwa dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenisnya dengan cara pengurangan sampah, dan penanganan sampah, sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah, menekankan juga pentingnya menggerakan masyarakat agar tahu dan mau berpartisipasi secara aktif dalam mengelola sampah rumah tangga. Dalam sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah ini, diperlukan partisipasi masyarakat. Dengan memberdayakan masyarakat maka sistem pengelolaan ini dapat berdiri secara mandiri tanpa bergantung kepada bantuan luar, serta kemandirian masyarakat dapat terwujud. Selain memberdayakan masyarakat, dalam upaya mewujudkan sistem pengelolaan sampah diperlukan juga upaya memberdayakan keluarga.
Konsep dasar Bank Sampah: melakukan 5M, yaitu:
1. Mengurangi sampah,
2. Memilah sampah,
3. Memanfaatkan sampah,
4. Mendaurulang sampah, dan
5. Menabung sampah.
Memberdayakan masyarakat adalah ibadah juga...Bismillah
BalasHapusInsya Alloh. Aamiin
HapusInsya Alloh. Aamiin
Hapus