Seperti tersebut dalam Kitab Kanzul Ulul Ibnul
Bathuthah yang penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghrobi, Walisongo
melakukan sidang tiga kali, yaitu:
Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti yang wafat.
Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti yang wafat.
Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH Dachlan Abd. Qohar, pada tahun 1466 M,
Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal. Diantaranya adalah
perkara Syekh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al
Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi
anggota Walisongo.
1. Walisongo Periode Pertama
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat. Dari mereka Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah kerajaan Turki, beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat. Dari mereka Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.
Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada pembesar Islam
di Afrika Utara dan Timur Tengah. Isinya meminta para ulama yang mempunyai
karomah untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu
tinggi serta memiliki karomah.
Pada tahun 808 Hijrah atau 1404 Masehi para ulama itu
berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki ahli
mengatur negara. Berdakwah di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun
1419 M. Makamnya terletak satu kilometer dari sebelah utara pabrik Semen
Gresik.
Maulana Ishak berasal dari Samarqand (dekat
Bukhara-Rusia Selatan). Beliau ahli pengobatan. Setelah tugasnya di Jawa
selesai Maulana Ishak pindah ke Pasai dan wafat di sana.
Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir.
Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib
(Maroko), beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom
Klaten, Jawa Tengah.
Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur
negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia
(Iran). Ahli pengobatan. Wafat 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina. Berdakwah
keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah
keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali
(metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan
manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah yang telah netral
dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma
Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana.
Salah seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara
Pemandian Blitar, Jawa Timur. Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa
sajadah yang terbuat dari batu kuno.
2. Walisongo Periode Kedua
Pada periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang wafat. Ketiganya adalah:
Pada periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang wafat. Ketiganya adalah:
Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun
1421 M menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Ahmad
berasal dari Cempa, Muangthai Selatan (Thailand Selatan).
Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di
Jawa tahun 1436 menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau
tinggal di Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
Syarif Hidayatullah, berasal dari Palestina. Datang di
Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435 M.
Sidang walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel Surabaya.
Para wali kemudian membagi tugas. Sunan Ampel, Maulana
Ishaq dan Maulana Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syekh
Subakir dan Maulana Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah,
Maulana Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan adanya pembagian
tugas ini maka masing-masing wali telah mempunyai wilayah dakwah
sendiri-sendiri, mereka bertugas sesuai keahlian masing-masing.
3. Walisongo Periode Ketiga
Pada tahun 1463 M. Masuklah empat wali menjadi anggota
Walisongo yaitu:
Raden Paku atau Syekh Maulana Ainul Yaqin kelahiran
Blambangan Jawa Timur. Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan putri Kerajaan
Blambangan bernama Dewi Sekardadu atau Dewi Kasiyan. Raden Paku ini
menggantikan kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri Pasai. Karena Raden
Paku tinggal di Giri maka beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan Giri.
Makamnya terletak di Gresik Jawa Timur.
Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa
Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan
Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, lahir di
Ampel Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel, Sunan Bonang menggantikan
kedudukan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462. Sidang Walisongo yang
ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya.
4. Walisongo Periode Keempat
Pada tahun 1466 diangkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Maghrobi. Dua wali yang menggantikannya ialah:
Pada tahun 1466 diangkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Maghrobi. Dua wali yang menggantikannya ialah:
Raden atau Raden Fattah (Raden Patah)
Raden Patah adalah murid Sunan Ampel, beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468.
Raden Patah adalah murid Sunan Ampel, beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468.
Fathullah Khan, putra Sunan Gunungjati, beliau dipilih
sebagai anggota Walisongo menggantikan ayahnya yang telah berusia lanjut.
5. Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan bahwa dalam periode ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar Said-putra Sunan Kalijaga menggantikan wali yang wafat.
Dapat disimpulkan bahwa dalam periode ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar Said-putra Sunan Kalijaga menggantikan wali yang wafat.
Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang itu
adalah salah satu anggota Walisongo, namun karena Siti Jenar di kemudian hari
mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat
agama maka Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan
oleh Sunan Bayat – bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang) yang telah menjadi
murid Sunan Kalijaga.
Selanjutnya, kisah, legenda atau riwayat masing-masing
wali yang dikenal masyarakat secara umum akan disajikan pada halaman terpisah.
Adapun Wali yang dikenal masyarakat secara luas sebagai WALISONGO adalah:
1. Syekh Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Drajad
6. Sunan Muria
7. Sunan Kudus
8. Sunan Kalijaga
9. Sunan Gunungjati
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Drajad
6. Sunan Muria
7. Sunan Kudus
8. Sunan Kalijaga
9. Sunan Gunungjati
Para peziarah Walisongo, biasanya mendatangi makam
sembilan wali tersebut. Jika ziarah itu ingin lebih lengkap maka pemimpin
ziarah (yang mengerti sejarah Walisongo) akan menziarahi pula Walisongo periode
pertama hingga periode keempat, termasuk guru-guru atau orang tua dari para
wali periode kelima. Misalnya, seseorang dari Surabaya yang telah berziarah ke
makam Sunan Drajad, ia pasti akan menyempatkan diri berziarah ke makam Syekh
Maulana Malik Ibrahim Asmarakandi di Gresikharjo, beliau adalah kakek Sunan
Drajad dan ayah dari Raden Rahmat Sunan Ampel.
Itulah sejarah singkat Walisongo, semoga dapat
menambah pengetahuan anda semua. Amin!
BERSAMBUNG................................
( ADI, 2 SEPT 2017 )
0 komentar:
Posting Komentar